Sabtu, 29 Desember 2012

HABIBIE DAN AINUN : KEBERANIAN DAN KETULUSAN

by Dimas Prakoso on Friday, December 28, 2012 at 11:49pm ·


Sudah beberapa waktu aku menunggu hadirnya film ini. Pertama kali liat thrillernya pas nonton bareng nikita mundi dan Chandra beberapa waktu lalu. Seketika itu nikita langsng pengen nonton dan bilang ini film adalah must watch it. Awalnya sih ga terlalu tertarik dengan film ini ketika melihat awal teasernya. Karena asosiasiku adalah pasti ini film bakal bercerita tentang percintaan ga jelas. Namun ketika teaser sudah sampe di tengah pandanganku berubah. Jadi pegen nonton.



Meski ga dapat premiere dan harus menahan diri untuk tidak nonton karena harus ada tugas lain, akhirnya sore ini semua terbayarkan. Saat memutuskan untuk nonton. Sengaja sih datang lebih awal karena mau nongkrong dulu di XXI Garden café.. rasanya dalam kondisi begini paling enak duduk di tempat terbuka sambil memandang langit dan bebas ke seluruh penjuru kota. Nah lokasi paling representative adalah jajaran café ciputra world.



Cerita ini bermula ketika habibie dan ainun berada di sekolah yang sama. Ainun berhasil memukau habibie dengan penjelasan tentang mengapa laut berwarna biru. Ainun benar benar bisa menjelaskannya secara ilmiah. Menurut gurunya hanya ada mereka berdua yang dapat menjawab pertanyaan tersebut. Siapa sangka inilah awal segalanya.



Berbilang tahun kemudian Habibie berada di jerman untuk meneruskan studi. Dia harus pulang ke Indonesia akibat sakit TBC. TBC yang diderita oleh habibie menyerang tulang jadi tidak terlihat batuk sama sekali. Padahal di saat yang sama Habibie sudah ditunggu oleh pemerintah jerman untuk bisa berkarya disana. Siapa sangka, kepulangan habibie kali ini bukan sjaa untuk merayakan lebaran, namun juga untuk menjemput jodohnya. Seorang putri ke empat dari keluarga besari. Sosok perempuan manis yang sempat diolok sebagai gadis jelek, gendut dan hitam sehitam gula jawa. Jadi teringat istilah jawa kepangan omongane dewe. Siapa sangka perempuan yang dioloknya akan menjadi sang istri.



Ada satu sesi yang saya sukai disini. Bagaimana cara Habibie melamar Ainun di dalam becak. Habibie bertanya apakah Ainun mau ikut dia ke jerman, mendampinginya serta membina rumah tangga disana. Habibie dengan sangat rendah diri menambahkan, bahwa dia mungkin tidak akan bsa memberikan sesuatu yang berlebihan atau mungkin menjamin kehidupan layak untuk mereka di jerman. Satu yang diberikan habibie, sebuah perlindungan dan janji akan menjadi suami terbaik. Ainun menjawab semua dengan,” mungkin aku tidak akan bisa. Aku tidak yakin akan bisa menjadi istri sempurna, namun aku berjanji untuk dapat mendampingimu.”. dari sini aku merasa takdir mereka sudah tertulis. Habibie bisa melenggang menjadi suami Ainun dengan berbagai macam keterbatasan. Aku jadi mikir mungkinkah masih bisa bersatu ya? Jika mereka bisa bersatu apakah mungkin masih ada harapan untuk bersatu.. hehehehe.. sedikit curhat ga masalah kan ya??? Hehehehehe peace…



Hal lain yang saya sukai adalah bagaimana mereka memulai hidup sebagai sepasang suami istri di negeri orang, Jerman. Disinilah saya melihat sebah perjuangan. Perjuangan hanya demi menyambung hidup. Agar terus bisa makan untuk keesokan harinya. Disini terlihat bagaimana Habibie yang kala itu sedang study juga mencari pekerjaan tambahan. Dia bekerja untuk salah satu perusahaan kereta api. Sepertinya jarak antara flat dengan keretaapi sangat jauh. Memang sih ada kendaraan umum, namun demi berhemat Habibie memilih berjalan menembus salju dengan sepatu jebol untuk bisa pulang.



Disini juga terlihat bagaimana habibie adalah sosok yang sangat kuat. Sosok yang sangat tekun.dia yakin atas apa yang dilakukan. Dia selalu melihat lurus ke depan. Melihat semua probabilitas yang ada dan seolah tidak mungkin menjadi mungkin. Seperti yang dilakukan untuk desain kereta api. Habibie maju terus meski di under dog. Semua orang di jerman kala itu menganggap bisa apa sih anak kampung dari Negara antah berantah ini? Gimana dia bisa membuat kereta api orang kereta dinegaranya impor dari jerman? dengan susah payah dia membuktikan teori itu. Syukurlah semua itu bsa terlewati. Habibie sukses membuat orang kagum dengan karyanya. Dia telah berbicara dengan bahasa karya. Bahasa yang paling universal di dunia.



Ketika Habibie sibuk dengan berbagai riset, Ainun sebagai co pilot rumah tangganya mengambil peranan. Dia terus menjaga buah hatinya meski naluri untuk menjadi seorang dokter terus memanggil. Namun dia kesampingkan untuk mengurus masa-masa emas perkembangan anaknya.barulah ketika si anak sudah cukup besar,dia kembali berkarir sebagai dokter di jerman.



Melihat apa yang dilakukan oleh Ainun sisi feminis saya bicara. Siapa bilang perempuan ga butuh sekolah, siapa bilang wanita hanyalah pantas menjadi konco wingking, siapa bilang wanita cerdas layaknya kutukan jodoh dimana tak mungkin ada lelaki yang berani mendekatinya. Saya melihat semua itu salah. Perempuan bukanlah konco wingking atau sosok yang hanya bisa macak,masak dan manak saja. Namun mereka adalah partner. Perempuan pintar dan cerdas adalah partner yang cerdas pula untuk sang pilot. Jika sang partner memiliki kualitas pendidikan yang jauh dibawah pilot, maka yang ada justru bukan membantu tapi menambah beban bagi sang pilot. Karena dia harus berfikir tidak hanya tentang karir dan berkarya melainkan juga masalah lain. Selain itu dia juga akan bingung akan bercerita dengan siapa. Alih alih bercerita dia akan berfikir ribuan kali apakah si partner ini mengerti dengan yang di ucapkan.



Perempuan yang baik dan berpendidikan itu tidak akan berbuat hal bodoh yang bisa membahayakan biduk yang dikendarai. Mengurai kembali salah satu fungsi dari stigma 3M ( masak, macak dan manak) yakni manak. Seharusnya bukan pada proses mengandung persalinan hingga sesuatu berbau seksualitas yang dipandang. Tapi perempuan adalah sosok yang paling bertanggung jawab atas kualitas bangsa. Seorang wanitalah yang mendidik anak anaknya, menanamkan berbagai macam nilai nilai. Mereka ibarat pelukis dalam kanvas kosong. Logikanya gini deh kalo perempuannya tidak teredukasi dengan baik gimana bisa menjadi sosok yang melahirkan generasi hebat. Memang bisa tapi butuh perjuangan ekstra.



Sayangnya di zaman seperti sekarang ini, terutama kota besar, banyak sekali perempuan merasa well educated dan menjadi sebaliknya. Mereka cenderun meninggalkan rumah untuk menghabiskan waktu bekerja. Pendidikan diserahkan pada bimbel maupun pengasuh. Tidakkah mereka sadar dengan semua ini. Tidakkah mereka sadari jika ilmu yang didapat sebenernya investasi untuk membentuk generasi baru yang tangguh? Bukankan maaf dengan melakukan itu sama saja mereka menjadi penyumbang generasi bobrok negeri? Mereka teredukasi namun tidak mengedukasi bagian terkecil dari masyarakat bernama keluarga. Saya memang belum berkeluarga, namun bagi saya pendidikan anak tidak sama dengan biner yang hanya bernilai nol dan satu. Pendidikan anak itu berubah hasilnya sesuai inputan yang diberikan.



Ainun mencontohkan dikala Habibie harus kembali ke Indonesia untuk memulai riset menjadi pembuat pesawat, karir Ainun di jerman mulai menanjak. Namun sang anak harus sakit. Ada satu kalimatnya yang menarik disini,” saya adalah dokter anak, tiap hari berkutat dengan anak anak, namun anak sendiri terabaikan”. Itu adalah kata penyesalan dari Ainun. apakah temen temen merasa demikian?



Dalam film ini saya melihat keberanian dan independensi. Habibie harus bertemu dengan antek antek penguasa yang selalu meminta jatah proyek tanpa tender. Bahkan dia dipaksa menyerahkan blue printnya. Semua itu ditolak mentah mentah. Sebuah hal yang sangat berani saya rasa. Kala itu semua orang sendiko dumatheng sabdaning gusti. Namun Habibie berani berkata tidak. Saya melihat ada banyak sekali kebusukan negeri ini kala itu. Bahkan mungkin sampai sekarang. Banyak sekali permata bangsa ini betebaran di luar negeri. Sebagian besar mungkin akan sangat senang untuk bisa berkarya di tanah air, namun mereka tidak diakui. Bahkan tidak dihargai. Unsur politis kental dimana mana. Ironisnya banyak sekali habibie habibie muda yang justru mendapat penghargaan dari pemerintah Negara asing namun jadi gedibal di negeri sendiri. Film ini juga mengajak kita melihat dari luar kotak. akhirnya logika mengambil alih segalanya. lebih baik dihargai di enegri orang daripada harus disisihkan di negeri sendiri. kurang lebih seperti itulah kondisinya.



Disini juga diceritakan tentang habibie yang berusaha sangat keras untuk membangun IPTN. Sesuatu bernama mimpi. Dia sangat berharap bisa menghubungkan Indonesia. Namun sayang,IPTN sempat kolaps terkena dampak krisis 1998. Parahnya instansi ini sempat dikabarkan beralih menjadi produsen kompor minyak. Jauuuh banget ya dari pesawat ke kompur minyak.



Jika kita kaji dengan pendekatan kekinian, ketika pesawat pesawat anak negeri bisa bertahan, pasti kita akan menjadi raja d negeri sendiri. Berapa banyak percepatan ekonomi yang bisa dicapai dengan pesawat ini. Pasti akan sangat banyak penerbangan perintis. Bahkan pasti diatas 50% wilayah Indonesia terhubung system penerbangan yang kuat. Namun seperti juga habibie dan banyak orang pintar negeri ini. Kita kalah dengan para politikus yang selalu bikin ulah. Mereka yang selalu mementingkan golongan atas nama kemaslahatan, namun bngung ketika ditanya kemaslahatan yang mana.



Dibalik kisah kisah keberhasilan Habibie, ada ssok Ainun. Sosok yang medukung urusan domestic rumah tangga mereka. Ainunlah sang guardian angle dari habibie. Dia selalu membuatkan resep obat untuk Habibie. Dia selalu ingin Habibie bisa sehat terus. Dia sama sekali tidak ingin habibiesakit,bahkan marah ketika Habibie sibuk dengan urusan kenegaraan. Itulah sosok dukungan yang selalu diberikan Ainun. Dia juga menjadi teman curhat yang nyambung. Ainun bahkan juga sering mencari data tentang apa yang dihadapi Habibie. Semua itu tulus dilakukannya. Ketulusan itujuga terlihat ketika Ainun menyembunyikan penyakitnya pada Habibie. Dia tidak ingin sang kepala Negara khawatir. Dia merasa Habibie boleh tidak ada untuknya namun harus ada untuk rakyat. Bahkan dia juga meminta kepada ajudannya untuk tidak memberitahukan perihal penyakitnya ini. Ainun juga menjadi sosok yang berada disamping habibie baik dikala susah maupun senang.



Melihat konteks kepemimpinan presiden Habibie yang hanya seumur jagung, dan membandingkannya dengan film ini, ada hal yang bisa kita ambil pelajaran. Pada masa kepemimpinannya habibie adalah presiden dengan laporan pertanggungjawaban ditolak MPR, kehilangan Timor Leste, serta presiden yang ketiban sampur ketika Pak Harto lengser keprabon. Atas dasar itulah saya jadi melihat kadar ketulusan dalam kepemimpinan. Meski saat itu kita belum bisa melihat kepemimpinan habibie. Namun apa yang terjadi pada Pak Habibie seolah menunjukkan pada kita atas ketulusan tersebut. Film ini ada menurut saya adalah jalan Allah untuk semakin membersihkan nama teknokrat satu ini. Maneuver polotik lawan lawannya terlalu mudah kecil untuk bisa mengalahkan nama besar beliau. Semua tuduhan yang dulu ada sekarang musnah begitu saja, maka dari itu dapat kita ambil kesimpulan , ketika kita tulus melakukan sesuatu insya Allah akan dilindungi, pun ketika ketulusan itu diuji hingga diluar batas kemampuan, maka percayalah Allah akan tetap menjaga kemurniannya. “



Ketulusan dan keberanian itulah dwi tunggal Habibie dan Ainun. Habibie berani mengatakan yang benar adalah benar dan salahadalah saah meski harus berlawanan dengan rezim penguasa saa itu. Dia menjunjung tinggi kemurnian garba ilmiah. Ainun memberikan sepenuh jiwa dan raganya dengan tulus ikhlas dengan orang lain. Bukan hanya bagi Habibiedan keluarga melainkan juga untuk negeri melalui berbagai lebaga social. Ainun Boleh mendahului namun dia tetap berada di hati Habibie dan kita semua.





Sukmaku berteriak, menegaskan ku cinta padamu

Terima kasih pada maha cinta menyatukan kita

Saat aku tak lagi di sisimu

Ku tunggu kau di keabadian



Cinta kita melukiskan sejarah

Menggelarkan cerita penuh suka cita

Sehingga siapa pun insan Tuhan

Pasti tahu cinta kita sejati



Terimakasih Bapak Professor DR Ing Baharudin Jusuf Habibie

Selamat Tinggal Ibu Hasri Ainun Habibie tunggu kami di keabadian

saatnya kami generasi muda berkarya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar