Senin, 17 Desember 2012

BAHASA KEMANUSIAAN DUKA CONECTICUT... 1

Black band for conecticut
Lagi sebuah peristiwa mengharukan menimpa instansi pendidikan di amerika. Pembantaian besar-besaran yang menewaskan 20 siswa dan guru di SD Sandy Hooks, Newton,Conecticut, menghenyak perhatian dunia yang kala itu masih berfikir tentang kemana akan menghabiskan akhir tahun,atau justru sedang sibuk dengan laporan tahunan yangsudah mendekati deadline. Kejadian saat dini hari itu menhenyak dunia. Tidak saja amerika sebagai Negara paling bebas di dunia, namun juga ke musuh musuh mereka. Kali ini bukan adu okol melainkan bahasa kemanusiaan yang berbicara. Dibalik penembakan itu ada beberapa hal yang data kita cermati. Namun sebelumnya saya akan posting tentang kronologis penembakan seperti dilansir oleh kompas, dilankutkan dengan siapa Adam Lanza serta Nancy ibu adam yang tewas sebelum kejadian.
KRONOLOGI PENEMBAKAN
NEW YORK, KOMPAS.com — Jumat (14/12/2012) pagi, sebelum pukul 09.00 waktu Connecticut, Amerika Serikat, bus sekolah berwarna kuning menepi di Sekolah Dasar Sandy Hook. Namun 4,8 km dari SD nan tentram itu, Adam Lanza sedang menembak ibunya saat tidur.

Setelah menembakkan empat peluru ke wajah ibunya, dia menggunakan rompi antipeluru dan mengendarai mobilnya ke sekolah tersebut. Dia membawa serta tiga senjata api, termasuk model semi-otomatis.

Pemuda berusia 20 tahun itu kemudian tiba di SD Sandy Hook sekitar pukul 09.30. Dia memarkirkan mobilnya di depan pintu masuk utama. Beberapa menit sebelumnya, 456 siswa di SD tersebut masuk ke dalam gedung sekolah, pintu utama ditutup, alarm keamanan dinyalakan, dan CCTV diaktifkan.

Melalui pengeras suara, seorang guru terdengar membacakan ikrar kesetiaan, dan mengumumkan bahwa makan siang di kantin adalah pizza dan brokoli. Selain itu juga ada kue Natal yang dijual di lobi.

Di sela-sela itu, tiba-tiba terdengar suara rentetan tembakan di pintu masuk utama yang terbuat dari kaca. Pecahan kaca pun berserakan di lantai.

Melalui pengeras suara tersebut, sekitar pukul 09.35, para staf dan siswa di SD itu mendengar teriakan "angkat tangan!" diikuti beberapa suara tembakan. Door... door... dooor! Terdengar suara jeritan.

Anak-anak yang mendengar itu kebingungan, juga ketakutan. Namun, para pengajar dan staf sekolah sudah mengetahui apa yang tengah terjadi.

Di lobi sekolah, Adam Lanza berada di tengah tiga pilihan. Ruang kepala sekolah ke depan, kantin sekolah sebelah kanan, dan ruang kelas satu di sebelah kiri. Dia kemudian berbelok ke kiri.

Di ruang rapat dekat lobi, Kepala Sekolah Dawn Jochsprung (47) dan psikolog sekolah, Mary Sherlach, sedang bicara dengan orangtua murid. Ketika mendengar tembakan, keduanya langsung mencari sumber letusan pistol. Dengan berani, keduanya menyergap Adam. Namun keduanya diketahui tewas tertembak.

Di ruang rapat lainnya, wakil kepala sekolah menahan pintu masuk agar Adam tidak masuk ke ruangan tersebut. Namun, pemuda yang memiliki masalah kejiwaan itu menembak pintunya. Wakil kepala sekolah itu pun terluka di kaki.

Mendengar suara kaki Adam melalui pengeras suara, para staf mengunci pintu kelas dan melakukan upaya terbaik untuk melindungi anak-anak. Beberapa bersembunyi di bawah meja, kamar kecil, hingga ke dalam lemari. Mereka berusaha sebisa mungkin tidak mengeluarkan suara. Ada seorang guru yang menyelamatkan murid-muridnya dengan melompat dari jendela, bahkan ada yang bersembunyi di gudang.

Setelah menembak kepala sekolah dan psikolog sekolah, Adam Lanza menuju ke kelas satu. Dia mencabut poster di dinding kelas yang baru saja ditempel murid-murid berusia 6-7 tahun tersebut untuk menyambut Natal.

Di dalam kelas, guru Kaitlin Roig menyembunyikan murid-muridnya di kamar mandi dan lemari, tetapi tidak mengunci pintunya. Namun karena lampu kelas tersebut mati, Adam hanya melewati kelas tersebut dan malah memasuki kelas yang tengah diajar oleh Lauren Rousseau. Dia kemudian menembaki ruang kelas yang berisi 14 anak. Menurut polisi, ketika ditemukan, mereka sedang berpelukan ketakutan.

Adam lalu menuju ruang kelas satu yang diajar Victoria Soto (27). Victoria buru-buru memasukkan murid-muridnya ke lemari, dan dia berdiri di luarnya. Kepada Adam, Victoria mengatakan mereka tidak berada di kelas.

Namun, enam dari murid-muridnya yang masih bocah itu berlari mencoba menyelamatkan diri, dan Adam tanpa ragu menghabisi mereka, Victoria, dan seorang asisten guru. Victoria ditemukan di mejanya dengan kertas bertuliskan "I love my teacher Miss Soto". Saat polisi membuka lemari, tujuh pasang mata menatap ketakutan.

Victoria Soto adalah salah satu dari empat guru yang terbunuh karena berusaha melindungi murid-muridnya. Di antara mereka juga ada asisten guru Anne Marie Murphy (52) dan Rachel Davino (29).

Di perpustakaan, tiga staf langsung memasukkan 15 murid ke ruang penyimpanan. Rak buku mereka jadikan pengganjal pintu. Petugas perpustakaan Mary Anne Jacobs meminta mereka untuk diam. "Berpegangan tangan dan diam," katanya. Untuk mengalihkan perhatian mereka, Mary meminta mereka untuk mewarnai dengan memberi mereka krayon.

Lain lagi dengan guru musik Maryrose Kristopik yang melindungi muridnya dengan mengunci pintu kelas dengan alat musik gambang, sementara Janet Volmer membacakan cerita. Guru seni Leslie Gunn, selain mengunci pintu kelas, juga berupaya menelepon polisi. Tidak mendapat respons, dia segera menelepon suaminya.

"Aku bilang kepadanya, aku tidak tahu apa yang akan terjadi kepada kami," kata Leslie di kelas patung, bersama 23 siswanya yang berusia 9 tahun.

Pada pukul 09.45, murid-murid kelas satu yang diajar oleh Kaitlin Roig berbaris keluar kelas melintasi lorong sekolah. Sementara itu, polisi telah mengamankan situasi di sekolah tersebut, setelah sebelumnya Adam Lanza dinyatakan tewas dengan menembak dirinya sendiri. Tubuhnya ditemukan di kelas yang diajar oleh Victoria Soto. Menurut Gubernur Connecticut Dannel Malloy, Adam Lanza bunuh diri setelah mendengar ada sirene polisi.

Tercatat ada 12 anak perempuan dan 8 anak laki-laki yang tewas. Sebanyak 18 orang dinyatakan tewas di tempat, sementara 2 lainnya meninggal ketika dibawa ke rumah sakit.

Saat mengamankan siswa-siswa yang selamat, murid-murid tersebut diminta untuk menutup mata agar tidak melihat ceceran darah. Tangan mereka diminta memegang bahu teman di depannya, sementara tangan yang lain menutup mata.

Mereka kemudian dibawa ke kantor pemadam kebakaran terdekat untuk dipertemukan dengan para orangtua murid yang berharap anak mereka akan selamat.
Sumber : Dailymail dilansir oleh kompas

SIAPA ADAM LANZA?
Pemuda penyendiri
Banyak yang bertanya siapa sebenarnya Adam Lanza, pemuda yang tega membunuh puluhan anak tak berdosa di SD Sandy Hook, Newtown, Connecticut, Jumat (14/12/2012) lalu.

Sejumlah teman SMA Adam mengingat pemuda itu sebagai seorang anak kurus, berambut gaya shaggy, yang hampir tak pernah berbicara, berjalan sangat dekat dengan tembok koridor dan sering kali sambil menenteng laptop.

Sebuah kalimat yang kerap terdengar dari kawan-kawan sekolah soal Adam Lanza adalah, "Saya tahu dia, tapi tidak kenal dia."

Adam Lanza tinggal bersama ibunya di rumah seluas 370 meter persegi bernilai 700.000 dollar AS atau sekitar Rp 6,7 miliar. Adam tinggal bersama ibunya setelah kedua orangtuanya bercerai pada 2009 lalu.

Saat polisi menggeledah kediamannya, mereka menemukan kamar tidur Adam sangat rapi dan teratur. Adam tampaknya tidur di salah satu kamar dan menyimpan peralatan komputernya di kamar yang lain. Sejumlah sumber juga mengatakan polisi menemukan bukti bahwa Adam kerap memainkan permainan komputer yang penuh kekerasan.

Hubungan Adam dengan kakak laki-lakinya, Ryan Lanza (24), tidak bagus. Mereka tak bertegur sapa sejak 2010 lalu, begitu menurut kerabat keluarga Lanza. Adapun Ryan bekerja untuk perusahaan finansial Ernst & Young dan tinggal di Hoboken, New Jersey.

Bibi Adam, Marsha Lanza mengatakan sepengetahuan dirinya, Nancy memang memiliki tiga pucuk senjata di kediamannya.

"Nancy adalah orang yang sulit dipahami. Tapi dia tak akan membiarkan senjatanya di tempat sembarangan," kata Marsha kepada wartawan di kediamannya di Crystal Lake, Chicago.

"Satu-satunya alasan mengapa dia menyimpan senjata adalah untuk keamanan dirinya," tambah Marsha.
Sumber : Hartford Courant

LATAR BELAKANG KELUARGA LANZA
NEW YORK, KOMPAS.com — Nancy Lanza, ibu dari pembantai 26 orang di Sekolah Dasar Sandy Hook, Adam Lanza, diduga berperan dalam masalah kejiwaan putranya tersebut. Teman-teman dan keluarga Lanza menggambarkan betapa paranoidnya Nancy.

Dalam rumah besar mereka di Newtown, Connecticut, Nancy hanya tinggal dengan Adam Lanza, putra bungsunya. Sementara itu, putra sulungnya, Ryan Lanza, bekerja di Hoboken, New Jersey.

Nancy dikenal kerap menimbun makanan, air, dan senjata di rumah tersebut. Dia paranoid dan meyakini dunia akan kacau balau akibat keruntuhan ekonomi. Saking paranoidnya, dia mengajarkan Ryan dan Adam bagaimana menembak.

Akhirnya, apa yang diajarkan kepada Adam malah menjadi hal yang mematikan bagi Nancy. Dia tewas di atas tempat tidurnya, dengan empat peluru di kepalanya. Diduga, Adam menembaknya saat dia tertidur.

Setelah itu, Adam mengambil tiga senjata api koleksi sang ibu dan memuntahkan peluru-pelurunya di Sekolah Dasar Sandy Hook, yang menewaskan 20 anak serta 6 orang dewasa.

Bibi Adam, Marsha Lanza, mengatakan bahwa Nancy kerap membicarakan bagaimana dia menyiapkan diri untuk menghadapi hancurnya ekonomi dunia. Bahkan, Nancy tidak merahasiakan kegemarannya mengoleksi senjata api. Dia kerap memamerkannya saat di bar, bahkan kepada tukang kebunnya.

"Dia (Nancy) mengatakan suka menembak," kata Dan Holmes, tukang kebunnya.

Holmes pun menceritakan betapa Nancy tidak suka orang berada di dalam rumahnya. Jika ada yang membunyikan bel, dia akan menerimanya di depan rumah. Teman main dadu Nancy juga merasakan hal yang sama.

Selama 15 tahun bermain dadu, Nancy selalu menolak saat rumahnya kedapatan menjadi tempat bermain. Meski begitu, mantan istri Peter Lanza itu dikenal baik hati, juga ramah.

Sementara itu, Adam, kata Holmes, seperti hantu. Bahkan teman-teman sekolahnya, yang menyebut Adam seorang genius, tidak pernah melihat pemuda tersebut selama bertahun-tahun. Begitu juga dengan teman-teman ibunya.

Menurut Holmes, Adam selalu menghabiskan waktunya di kamar. Dia selalu menghabiskan waktu berjam-jam di depan komputer, yang kebanyakan memainkan game pertempuran.

Tetangga Lanza menyebut Nancy baru-baru ini meminta berhenti sementara dari pekerjaannya untuk menghabiskan waktu bersama Adam; dan diketahui bahwa dia bekerja di bagian keuangan sebuah perusahaan, bukan guru seperti yang diberitakan selama ini.

Sementara sang kakak, Ryan, sukses menjalani kariernya di New Jersey, Adam diketahui tidak pernah bekerja. Selain kecanduan game, dia bahkan tidak memiliki Facebook atau Twitter.

Adam di mata Marsha adalah pemuda yang baik dan tidak banyak tingkah, selain juga sangat sangat pintar, meski memiliki masalah dalam belajar. Teman-teman yang pernah satu sekolah dengan Adam pun menyebutnya sosok pemalu, tetapi sangat pintar, terutama Matematika.

Diketahui para tetangga, keluarga Lanza pindah ke Sandy Hook, Newtown, Connecticut, pada 1998. Sepuluh tahun kemudian Nancy dan Peter bercerai. Adam disebut-sebut merupakan korban dari perceraian orangtuanya.

Setelah bercerai, Nancy sebetulnya tidak perlu bekerja lagi. Dari perceraian tersebut, dia mendapatkan tunjangan Rp 1.923.600.000 setahun. Bukan hanya dari mantan suaminya, Nancy juga kemungkinan masih ditunjang secara finansial oleh putra tertuanya, Ryan, yang mengaku tidak pernah bertemu Adam sejak 2010.
Sumber : Dailymail

Tidak ada komentar:

Posting Komentar