Rabu, 11 September 2013

First Impression Universitas Gadjah Mada

Wah udah lama banget ga menyapa para pembaca. Kali ini dengan status yang sudah berbeda. Aku udah resmi tercatat sebagai mahasiswa kampus biru alias Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. First impression bisa sekolah disini patinya seneng banget ya. Secara saya belajar di kampus terbaik negeri ini. Aku bener bener merasakan international atmosphere disini.
Satu kesan pertama adalah UGM itu kampus atau kota mandiri sih. Betapa tidak, kampus ini terbelah oleh jalan umum. Sehingga disini juga teritegrasi dengan sejumlah public service lets say transportasi umum. Mau kemana ajah semua ada disini. Trans jogja juga punya beberapa shelter disini. Kurang apa coba. Satuyang membuat aktu akjub juga adalah seluruhpengguna jalan otomatis akan mengurangi kecepatannya ketika masuk kesini. Situasi ini aku rasa berbeda dengan di beberapa kampus Surabaya. Disana meskipun besar tapi awareness orang yang melintas tidak seperti disini. Lets say kawasan salahsatu kampus teknik terbaik di wilayah Indonesia timur, dimana para pengendara motor yang notabene mahasiswa dan dosen dapat memacu kendaraan dengan kecepatan lumayan tinggi di lingkungan kampus. Atau salah satu kampus yang ada di wilayah mulyorejo. Dimana disana juga dilewati kendaraan umum tapi mereka para pengendara gam au mengalah. Situasi yang sama juga terjadi di kampus deket RS dr Soetomo dimana engendara seolah ga peduli kalo disitu ada kampus.
Kenapa aku ilang kota mandiri, karena disini kita bisa dengan mudah menjumpai orang yang jalan kaki, naik sepeda pancal, motor dan mobil. Bahkan pejalan kaki dan pengguna sepeda angina seolah mendapat prioritas disini. Semua kendaraan bermotorberjalan pelan di lingkungan kampus. Ga takut ketabrak deh. Aku rasa snagat sulit di Indonesia menemukan situasi seperti ini.
Dari segi kerapatan bangunan disini cukup padat juga sih. Sehingga ga takut kalo jalan malam malam. Paling Cuma sepi ajah. Tapi sepinya juga ga banget banget. Kawasan kampus ini juga ditunjang dengan berbagai pedagang, mulai dari pedagang kelontong kaki lima, arung makan dan sebagainya. Semua itu ada baik di dalam maupun di sekitar kampus. Apalagi kalo minggu di sisi lain kampus ini ada yang namanya sunmor atau Sunday morning.semacam pasar kaget yang menjual banyak barang. Mungkin one day kalo pas bisa merasakan weekend disini aku pengen coba kesana.
Dari segi pelayanan mahasiswa disini totally helpful. Staff akademik benar benar memposisikan diri mereka untuk melayani mahasiswa. Pertanyaan dari kami mahasiswa benar benar terakomodir. Bahkan mereka benar benar melayani dengan senyum, dan mencarikan data yang kami butuhkan dengan baik. Sempet di awal kuliah ini ada chaos perkara jadwal, karena system mengacak posisi kelas kami. Saat itu aku dan beberapa teman mencari si mbak yang kebetulan lagi ada keperluan keluar ruangan. Reflek aku ngomong
‘ mbak jangan bosen liat kita ya? ‘
Dan si mbak dengan bangga dan ramahnya menjawab,
‘ wah ya ndak to mas.. kan sampe 2 tahun ke depan saya harus mengakomodir setiap kebutuhan mahasiswa disini. Ini sudah tugas saya kok masa.. jadi ya santai wae’
Kalimat itu nyaris tidak pernah saya dengar di kampus lama. Bukan bermaksud membandingkan, hanya saja di kampus saya unsur ‘ who are u ‘ dan ‘ how close we are’ masih sangat kental. Dari 5 orang petugas tata usaha di fakultas saya dulu, praktis hanya satu orang yang benar benar melayani kami dari hati. Yang lain kemana? Big question mark.
Jujur menjadi bagian kampus pembawa perubahan eradaban bangsa ini saya benar benar bangga. Etapa tidak baru aku tahu ga semua pendaftar diterima. Kita masih belum tahu unsur apa yang membuat pendaftar tersebut ditolak. Namun personally saya merasa sebagai world class university, kampus ini bukan sekedar mencari orang pinter. Setiap orang yang masuk kesini pasti pinter. Tapi lebih dari itu, kampus ini mencari orang orang yang mau maju, pnya passion, dan tetu saja memiliki isi yang jelas. Pasalnya belajar bukan sekedar urusan hari ini berapa banyak literature yang kita baca, melainkan bagaimana kita merencanakan positioning diri setelah pendidikan iniselesai untuk membantu memecahkan permasalahan bangsa. Disini kita tidak lagi bicara soal kedaerahan melainkan problem solving for Indonesia better. Saya mendadak jadi inget kalimat Cina dalam Cin(T)a.
‘ buat apa pemerintah mengijinkanmu sekolah disini kalo ga bisa bantuin mereka mikir’
Agaknya kalimat inlah yang harus terpatri di diri setiap scholar. Siapapun mereka esensi pendidikan bukan sekedar untuk membawa kita pada salary baru, tapi lebih dari itu pendidikan juga membawa perubahan bagi diri terlebih bagi peradaan bangsa. Maka dari itu sekali lagi I am proud to be part of the greatest community here.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar